Seperti dikumandangkan para seniman dalam propaganda karyanya, cinta itu universal. Cinta tidak sebatas hubungan lawan jenis semata, melainkan juga cinta pada lingkungan, cinta pada alam, cinta pada teman, cinta pada orangtua, dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis cinta yang ada, satu yang jarang diangkat ke permukaan adalah cinta pada pekerjaan. Padahal serba-serbi cinta dengan lawan jenis nyaris setali tiga uang dengan konsep cinta dalam dunia pekerjaan. Tidak percaya? Coba simak terus tulisan ini.
Bahasa cinta 1: Tak berjumpa sehari, rindu yang terasa seperti seminggu tak bertemu. Makan tak enak, tidur tak nyenyak.
Bahasa kerja 1: Tidak beraktivitas dalam sehari, rasanya ada sesuatu yang kurang dalam hidup ini. Perasaan gelisah, sebab bagaimanapun kerja memuaskan kebutuhan akan berprestasi di dalam diri. Dengan bekerja, kita merasa berguna. Bagi mereka yang posesif (baca: workaholic) terhadap pekerjaannya, setiap kali meninggalkan kantor akan terus-menerus memikirkan sejauh mana tugas yang didelegasikan pada rekan atau bawahan telah ditangani, apakah meja kerja tetap rapi.
Bahasa cinta 2: Cinta pada pandangan pertama membuat batin tersiksa.
Bahasa kerja 2: Belum banyak yang Anda tahu tentang lingkungan dan beban yang dituntut dari suatu pekerjaan, namun Anda sudah terlanjur tertarik. Anda ingin segera mengajukan surat pengunduran diri dan menemukan segala cara untuk pindah ke sana. Semakin lama menunggu, semakin Anda penasaran.
Bahasa cinta 3: Cinta monyet, terkadang menyakitkan namun indah untuk dikenang.
Bahasa kerja 3: Karena kurang berpengalaman, Anda terburu-buru menjatuhkan pilihan sekedar mengikuti dorongan hati. Yang penting, merasakan kebanggaan mempunyai pekerjaan. Ternyata semua tidak seindah yang dibayangkan, sehingga Anda terpaksa mengucapkan selamat berpisah dalam waktu singkat. Anda sangat kecewa atas keputusan dan kegagalan ini, tetapi di kemudian hari akan banyak belajar dari kekeliruan yang telah Anda buat.
Bahasa cinta 4: Hubungan yang langgeng dan harmonis harus diusahakan oleh kedua belah pihak.
Bahasa kerja 4: Ibarat bibit tanaman, ia akan mati jika tidak diberi pupuk dan disiram. Mempertahankan pekerjaan takkan berhasil bila bertepuk sebelah tangan. Dalam masa percobaan, bukan atasan semata yang berhak menilai kapasitas Anda, tetapi Anda juga perlu berpikir dan mengevaluasi menit demi menit apakah Anda akan mampu beradaptasi dengan senang hati di kantor. Supaya kerasan, Anda harus membina hubungan yang baik dengan klien, rekan kerja, dan atasan tentu saja.
Bahasa cinta 5: Kejenuhan yang melanda bisa diatasi dengan kreativitas.
Bahasa kerja 5: Setiap orang yang hidup dalam keteraturan pasti pernah merasa bosan, termasuk di dunia kerja. Jangan biarkan penyakit jemu itu terus menyerang! Obati sebelum semakin kronis dan menjadi borok. Ikuti kegiatan yang bervariasi untuk mengusir kejenuhan tadi, seperti kursus singkat yang menunjang tugas Anda, membaca buku karangan penulis favorit, bergaul dengan teman-teman seprofesi, atau mutasi ke bagian lain untuk memperkaya pengalaman.
Bahasa cinta 6: Uang tidak dapat membeli segala-galanya, terutama kebahagiaan.
Bahasa kerja 6: Gaji selangit memang menggiurkan, tapi ingat, tidak semua yang berkilau itu pasti emas! Lembaran rupiah (atau dolar) beserta berbagai fasilitas yang mentereng itu diperuntukkan membeli harta Anda paling berharga: waktu luang! Anda harus siap mempertaruhkan saat-saat bebas yang menyenangkan bersama teman dan keluarga, mengorbankan kesehatan Anda untuk bertempur dalam jamkerja yang panjang, mengikuti rapat-rapat yang melelahkan, dan siap dihubungi pihak perusahaan kapan saja mereka membutuhkan.
Bahasa cinta 7: Cinta tak ada artinya lagi bila sudah ternoda pengkhianatan.
Bahasa kerja 7: Pekerjaan mempersyaratkan loyalitas. Bila atasan mencuri ide Anda, rekan bisnis membocorkan rahasia proyek kepada saingan, klien tidak mau membayar sesuai kesepakatan, berarti lampu merah tanda bahaya sedang menyala. Pikiran Anda sudah melayang-layang ke pekerjaan lain yang lebih menantang? Setiap hari Anda mengarang alasan untuk bolos kerja? Tanyakan lebih lanjut apakah Anda masih menyukai tempat Anda berada sekarang.
Bahasa cinta 8: Ketika cinta harus berakhir, Anda merasa patah hati dan menyalahkan diri sendiri.
Bahasa kerja 8: Tiba-tiba atasan memberhentikan Anda tanpa alasan apapun. Meskipun menerima pesangon dan surat rekomendasi yang selayaknya, Anda tetap bertanya-tanya apa kesalahan yang membuat ia “menendang” Anda begitu rupa. Kecewa, sedih, dan marah berbaur menjadi satu. Ada masa-masa Anda berprasangka buruk pada diri sendiri, kemudian habis-habisan mencari kesalahan atasan dan menjelek-jelekkan perusahaan. Setelah emosi mereda, Anda siap bangkit kembali mencari pekerjaan baru. Pada prinsipnya, kegagalan adalah bagian dari proses kehidupan dan Anda sadar betul semua orang pernah mengalami hal itu.
Bahasa cinta 9: Cemburu dan ego berlebihan akan meretakkan hubungan.
Bahasa kerja 9: Hati Anda tak pernah terasa tentram dan puas. Rekan kerja dipromosikan, bukannya memberi selamat, Anda malah berpikir ia KKN. Teman mendapat bonus, Anda dengki sampai tak bisa tidur. Kalau terjadi terus-menerus, Anda akan dikucilkan dan bahkan kehilangan pekerjaan sendiri.
Bahasa cinta 10: Cinta itu memaafkan, namun kesabaran tetap ada batasnya.
Bahasa kerja 10: Keadaan kerap memaksa kita menelan segala kepahitan yang sekiranya masih bisa ditolerir. Dalam pekerjaan, memang tak baik melibatkan banyak perasaan. Namun jangan paksakan diri jika pekerjaan membuat Anda sakit kepala dan jadi pemarah. Cintai pekerjaan, tapi jangan lupa mencintai hati sendiri agar hidup seimbang.
Kini jelas terlihat, cinta pada pasangan tak jauh berbeda dengan cinta pada pekerjaan. Seperti halnya mencari teman hidup sejati, tidak salah jika Anda berganti-ganti pekerjaan sebelum menemukan yang benar-benar sesuai dengan hati dan berkomitmen dengannya. Demikianlah inti pesan yang disampaikan oleh artikel “Temukan Cinta Anda” di milis Motivasi Net di bawah ini (posting 29 Januari 2002):
“Bila Anda tak mencintai pekerjaan Anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan.
“Bila Anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi.
“Bila toh Anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak
menyenangkan juga.
“Namun, bila Anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja.
“Bila Anda tak menemukan yang bisa Anda cintai dari pekerjaan Anda, maka mengapa Anda ada di situ? Tak ada alasan bagi Anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang Anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.”