Senin, 24 September 2018

KELUARGA SHANIA (42)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (42)
*Kue Bulan
Oleh Agust Wahyu

Mentari belum menampakkan sinarnya dengan jelas, karena ditutupi dengan awan mendung. Minggu ketiga bulan September, hujan mulai turun di beberapa tempat tapi belum merata. Jam mungil di pergelangan tangan Keyra baru menunjukkan pukul 06.25. Halaman sekolah belum begitu ramai, tetapi Keyra dan teman-temannya sudah berkumpul di halaman depan kelasnya. Ada Shania, Ella, Shinta, Irene, Merry, Sonya dan ketambahan satu orang cowok yang tiba-tiba mendekat, Yosep. Keyra mengeluarkan kotak makanan yang cukup besar dari tas jinjing yang biasanya digunakan untuk membawa bekal ke sekolah. Pandangan teman-teman yang mengelilinginya terarah pada kotak yang cukup besar itu. Pelan-pelan Keyra membukanya, “Wow…,” beberapa suara terlontar dari mulut mereka dan suara paling keras dari Yosep sehingga membuat beberapa yang berada tak jauh dari mereka menoleh.

Keyra membawa kue bulan dari sebuah restoran untuk dibagi dengan teman-temannya. Tetapi karena temannya banyak, dia membaginya jadi dua dan satu kue yang tidak dipotong dan menjadi bagian terakhir buat Shania. Hari ini di seluruh pelosok dunia merayakan Festival Kue Bulan (Moon Cake Festival). Dongeng populer China berkisah, pada masa pemerintahan Kaisar Yao (2000 SM), terdapat seorang pema¬nah ulung bernama Hou Yi. Kala itu, bumi dikitari 10 matahari yang bergantian menyinari bumi. Namun, suatu hari, kesepuluh matahari muncul bersamaan sehingga bumi pun panas tak terkira. Sang kaisar memerintahkan Hou Yi memanah sembilan matahari hing¬ga tersisa satu matahari saja. Singkat cerita, atas keberhasilannya, Hou Yi pun diberi ganjaran pil keabadian. Pada suatu hari, seorang penjahat bernama Feng Meng menye¬linap ke kediaman Hou Yi dan bermaksud mencuri pil keabadian. Agar tidak jatuh ke tangan yang salah, Chang Er (istri Hou Yi) menelan pil itu. Tiba-tiba, Chang Er mendapati dirinya terbang ke langit menuju bulan. Untuk menghargai pengorbanan Chang Er dan menyerukan perdamaian di muka bumi serta sebagai ungkapan rasa syukur, masyarakat China mewujudkannya melalui kue yang manis dan buah-buahan. Konon, hingga kini dipercaya bahwa selama pertengahan musim gugur, saat bulan bulat penuh dan bersinar benderang, tampak siluet bayangan Chang Er, yang kemudian dikenal sebagai Dewi Bulan.

“Shin, nggak mau kuenya? Buatku aja,” Yosep yang masih mengunyah kue bulan gigitan terakhir agaknya masih kurang. Shinta langsung membungkusnya dengan kertas tisu dan menyimpannya di tas. Shania mendekatinya dan membuat Yosep segera kabur. Shinta lalu mengatakan bahwa dia akan menunjukkan pada orang tuanya lalu akan membagi dengan adiknya yang juga belum pernah merasakan kue yang enak dan mahal seperti itu. Shania terenyuh. Di lihat sekelilingya, setelah dirasa taka da yang melihat mereka, dia mengambil kue pemberian Keyra lalu di masukkannya ke dalam tas Shinta. Shania merasa dia sudah biasa mendapatkannya, biarlah kali ini Shinta ikut merasakannya. Tak perlu menunggu malam saat bulan purnama, Shinta sudah dapat melihat Dewi Bulan malahan ada dua, di wajah Shania dan Keyra.

Kampung Sawah, 24 September 2018
#pentigraf_aw
#pentigrafanak
#keluargashania

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi

Sabtu, 15 September 2018

KELUARGA SHANIA (41)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (41)
*Papa Jangan Ngebut Ya…
Oleh Agust Wahyu

Libur akhir pekan biasanya diisi Shania bersama adik, kakak, mama, dan papanya dengan makan malam bersama di luar, mungkin di mall atau tempat-tempat lain yang belum pernah mereka kunjungi. Tapi malam Minggu kali ini, papanya mengajak mereka untuk ke Puncak, menghadiri pesta emas perkawinan pimpinan perusahaannya. Sejak papanya merencanakan hal itu, Shania yang paling bersemangat. Apalagi Shania diizinkan untuk mengajak Keyra sahabat karibnya. Tapi sejak pulang sekolah tadi, semangat Shania sama sekali tak tampak, entah hilang ke mana? Wajahnya seakan ditekuk, makan siang yang biasanya diselingi dengan celotehannya, kini sepi. Apa karena Keyra membatalkan keikutannya?

“Mama, kita pulang ke Jakarta besok pagi kan?” tanya Shania tiba-tiba. Mamanya merasa heran, putri tunggalnya kali tidak bersemangat. Padahal biasanya dia paling semangat dan tak mau cepat-cepat pulang. Setelah didesak mamanya kenapa, Shania baru bercerita bahwa dia ingin ikut mengantarkan Lyan ke peristirahatan terakhir. Lyan pernah menjadi teman sekelasnya ketika di kelas 1 dan 2. Walau mereka tak sekelas lagi, Shania masih sering bermain bersamanya. Tiba-tiba tadi di sekolah, diberitakan bila Lyan telah dipanggil Yang Kuasa dan disemayamkan di sebuah rumah duka hingga esok siang. Kemudian akan dibawa ke sebuah pemakaman di Karawang. Dan Shania tak ingin kehilangan kesempatan buat menatap wajah temannya itu untuk terakhir kali.

“Pa, boleh nggak Shania nanti duduk di depan?” tanya Shania memecah keheningan di dalam mobil. Papanya yang sedang mengarahkan mobilnya menuju rest area KM 34 ke arah Bogor, tak urung melirik pada putri cantiknya di dalam mobil, sebelum mengiyakan permintaannya. Jalan tol Jagorawi saat akhir pecan, cukup ramai sehingga kendaraan tak mungkin dipacu lebih cepat. Perjalanan terasa sangat membosankan, tetapi Shania berusaha untuk mengingatkan dan menghibur papanya tidak mengantuk, agar selalu berhati-hati dan “Papa, jangan ngebut ya!” Dia ingat cerita Ibu Maryati, wali kelasnya, yang mengatakan bahwa Lyan meninggal karena kecelakaan. Pada akhir pekan minggu lalu, papanya terlalu keburu-buru saat mengendarai kendaraan. Ada truk yang membawa tanah berjalan lambat, dan berusaha didahuluinya tetapi tak melihat bus antar kota yang sedang melaju kencang dari arah berlawanan. Kecelakaan tak terhindarkan, Lyan terluka di kepala karena benturan dan menghembuskan napas setelah beberapa hari di rumah sakit.

Kampung Sawah, 15 September 2018
#pentigraf_aw
#pentigrafanak
#keluargashania

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi

Senin, 10 September 2018

KELUARGA SHANIA (40)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (40)
*Buku Pilihan
Oleh: Merry Srifatmadewi

Jam istirahat Shania menuju ruang perpustakaan. Bukan untuk istirahat dengan membaca tapi mencari buku untuk dibuat ringkasan. Tugas pelajaran Bahasa Indonesia dari Bu Maryati. Shania mengelilingi setiap lorong dan rak demi rak ruang perpustakaan. Masih bingung hendak memilih buku yang mana. Matanya tertumbuk pada buku-buku karya sastra. Shania ingat benar nama-nama penulis buku tersebut. Armijn Pane, Sanusi Pane, Sutan Takdir Alisjahbana, Buya HAMKA, Nur Sutan Iskandar. Betapa senang sebagai generasi muda tertarik membaca karya berbobot. Setelah dicatat petugas perpustakaan, Shania kembali ke kelas.

Jam istirahat dipakainya untuk membaca. Baru membaca beberapa halaman, diganti buku yang lain. Baca lagi buku yang lain dan diganti lagi. Bukunya tebal-tebal. Halaman demi halaman buku sudah menguning. Kadang Shania mengernyitkan dahi, tanda tidak mengerti. Belum lagi ejaan bahasanya masih menggunakan ejaan lama seperti dj, tj, j, oe. "Ciehhh...bacaannya oiii, kelas kakap semua," ledek Anton yang nakal setelah melihat-lihat judul buku yang terserak di meja Shania.

Kini Shania menjadi ragu. Waktu sebulan harus menyelesaikan ringkasan lima buku. Dia masih harus mengajar di rumah singgah dua kali seminggu, harus pandai membagi waktu untuk pelajaran dan ulangan. Dengan berat hati keesokan harinya Shania mengembalikan semua buku yang dipinjamnya. Shania ingat akan pesan papa mamanya "Boleh mengajar di Rumah Singgah dengan catatan nilai raport harus bagus." Shania berjanji dalam hati akan meminjam buku tersebut selama masa liburan sekolah nanti.

Jakarta, 7 September 2018.
#pentigrafanak
#pentigrafSF
#keluargaShania

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi

Jumat, 07 September 2018

KELUARGA SHANIA (39)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (39)
*Rahasia Ella
Oleh Agust Wahyu

Ketika Shania sampai sekolah, Ella sudah menjemputnya kembali. Juga saat Keyra bergabung, Ella bersikap biasa. Agaknya mereka sudah melupakan kejadian kemarin. Kemarin, ketika ulangan matematika, Ella teman sebangkunya minta contekan. Tadinya Shania tak mau memberi tetapi akhirnya diberi juga karena Ella mencubiti lengan Shania. Shania menggeser sedikit kertas ulangannya sehingga dengan melirik Ella dapat menyalin jawabannya yang masih kosong. Saat pulang sekolah, Shania ditemani Keyra menemui Ella. Mereka meminta Ella tak mengulangi perbuatannya lagi. Kalau Ella masih mengulangi akan dlaporkan pada guru mereka. Sangsi dari sekolah bagi yang mencontek adalah dikeluarkan dari sekolah.

“Hari ini mama menjemputku,” kata Shania pada Keyra di kelas saat pulang sekolah. Sambil membenahi buku dan alat tulisnya, dia menambahkan pada Keyra kalau mamanya akan mengajaknya belanja sekaligus ke toko buku. Tak lama kemudian mereka beranjak ke luar kelas setelah sebelumnya mematikan pendingin ruangan dan lampu kelas. Sampai di depan pintu kelas yang menghadap halaman sekolah, Keyra menarik tangan Shania sehingga langkah mereka tertahan. Shania mengikuti arah pandang Keyra. Tampak Ella sedang berdiri di depan mamanya Shania dan Tante Lydwina, mamanya Keyra. Mereka tak mungkin mendengar apa yang sedang dikatakan Ella. Dengan berjalan berjalan perlahan mereka tetap mengamati Ella. “Mamamu kasih uang Ella tuh!” kata Keyra. Wajah Shania berubah tak suka, dia ingin berlari mencegahnya tapi Shania melarangnya dengan memegang tangan Shania lebih kuat. Setelah Ella berlalu, mereka berlari mendekati mamanya.

“Ella tadi ngapain, Ma?” tanya Shania dan Keyra hampir bersamaan dengan wajah cemberut pada mamanya masing-masing. Kedua wanita cantik itu hanya menjawab pertanyaan anaknya dengan senyuman. Entah siapa yang merencanakan, mereka lalu duduk di bangku pinggir kolam yang berada di taman sekolah. itu. Tanpa bicara mereka menyantap burger yang dibawa Tante Lydwina dengan pikirannya masing-masing.Tante Lydwina kemudian memecah keheningan, “Keyra dan Shania mau nggak bantu Ella belajar sepulang sekolah?” Kedua anak itu berpandangan. Rasa dongkol, kesal serta ingin marah, masih berbaur di hati mereka saat ingat peristiwa kemarin. Tapi hati mereka tiba-tiba luluh saat mereka tahu bila Ella adalah anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Dan oma tua yang mengantarkannya ke sekolah bukan siapa-siapanya, hanya orang yang iba dengan Ella dan kebetulan tak punya anak. Kedua anak itu berpandangan lalu berpelukan. Tak urung membuat kedua mamanya tak mampu menahan air yang hampir menetes dari matanya.

Santa Ursula, 7 September 2018
#keluargashania
#pentigrafanak
#pentigraf_aw

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi

Kamis, 06 September 2018

KELUARGA SHANIA (38)


#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (38)
*Ella Teman Sebangku
Oleh Agust Wahyu

 “Shania, sudah jam 9 malam, saatnya tidur Nak! Besokkan kamu sekolah,” kata mamanya di depan pintu, Shania mengangguk tapi masih minta waktu lima belas menit lagi. Dia masih akan mengulang kembali rumus-rumus matematika tentang luas bangun datar untuk ulangan esok hari. Gadis kecil berumur sebelas tahun itu masih membanding-bandingkan antara bagun segitiga, trapesum, segi empat, dan persegi melalui alat peraga yang dibuatnya sendiri dari karton bekas. Di masing-masing alat peraga itu, dia menuliskan rumus-rumus untuk menghitung keliling dan luas masing-masing bangun. Dia juga sudah mengerjakan beberapa soal latihan yang ada di buku pegangannya. Selain itu, dia juga telah menemukan contoh-contoh benda dalam kehidupan yang sesuai dengan bangun-bangun itu.

Walau agak ngantuk, Shania tetap bangun dengan penuh semangat. Dia merasa optimis dengan ulangan matematika hari ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengerjakan ulangan dengan lebih teliti. Pada ulangan matematika terakhir dia nyaris dapat nilai seratus. Sayangnya di perhitungan terakhir dia salah, 2+3 yang seharusnya 5 tetapi dia menuliskannya 6. “Sukses ya Shania,” kata mamanya saat mengantarnya hingga pintu rumah. Setelah mengucapkan salam, Shania langsung menghambur masuk ke mobil jemputannya dengan wajah ceria. Tapi sangat berbeda keadaannya saat pulang sekolah. Shania tak banyak bicara seperti biasanya. Tak ada cerita kecil ceria yang mengiringinya di meja makan. Mamanya hanya memperhatikannya dengan penuh tanda tanya. Tapi dia mengerti dengan sifat putrinya. Dia akan menunggu sampai Shania cerita sendiri.

Sehabis mandi sore, Shania merasa lengan kirinya nyeri. Saat dilihatya tampak jelas beberapa bulatan warna merah sebesar bulatan bakso menghiasi kulit puthnya. Dia mencoba mengolesinya dengan minyak tawon. Mungkin karena aroma minyak yang tajam, mamanya mendekatinya dan bertanya. Tadinya dia ingin berdusta, tapi takut dengan dosa yan akan dialaminya. Akhirnya Shani mengaku, “Tadi Ella cubitin Shania!” Belum sempat bertanya lagi Shania cerita kalo Ella teman sebangkunya minta contekan padanya pada saat ulangan umum. Akhirnya Shania memberi karena sudah tak tahan dengan rasa sakit di lengannya. “Tapi mama tenang aja, Keyra sudah bilangin dia,” Shania berusaha menenangkan mamanya. Keyra dan Shania sudah menemui Ella dan mengingatkan Ella kalau diulangi lagi akan dilaporkan pada ibu guru. Akibatnya Ella dapat dkeluarkan dari sekolah sesuai peraturan yang ada. Mamanya bernapas lega dan memandang iba serta penuh syukur pada anaknya.

Santa Ursula, 6 September 2018
#keluargashania
#pentigrafanak
#pentigraf_aw

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia


Salam Literasi

Kamis, 30 Agustus 2018

KELUARGA SHANIA (37)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (37)
*Bangga kepada Kak Rangga
Oleh Yosep Yuniarto

Seperti biasa peringatan HUT kemerdekaan RI dimeriahkan dengan berbagai lomba. Sekolah Shania berhasil meraih juara pertama di beberapa lomba. Seperti di parade karnaval kemerdekaan, salah satunya berkat aksi Shania sebagai badut yang amat atraktif dan interaktif. Tim sepakbola sekolah Shania juga dengan gagah perkasa berhasil mengalahkan lawan-lawannya hingga babak final. Namun kegembiraan Shania seolah lenyap saat siswi kelas 5 SD itu berkumpul dengan teman-temannya. Beberapa temannya membanggakan kakak lelakinya di kelas 6 SD yang tergabung menjadi anggota tim sepakbola sekolah mereka. Ada juga yang mewakili sekolah di lomba cabang bulutangkis meski hanya menjadi juara 2. Shania menjadi malu saat membandingkannya dengan Mas Rangga yang juga kelas 6.

Kakak Shania itu sama sekali tidak mahir bermain sepakbola, bulutangkis maupun cabang olahraga lainnya. Maklum tubuh Mas Rangga termasuk gemuk jadi kurang ideal sebagai atlet olahraga. Saat berlari mengelilingi lapangan pun Mas Rangga pasti tertinggal sendirian di belakang teman-temannya. Mungkin itu turunan dari ayah Shania yang memang juga bertubuh gemuk. Karena sepengetahuan Shania, porsi makan Mas Rangga biasa-biasa saja. Tidak terlalu banyak seperti anggapan terhadap orang-orang yang bertubuh gemuk. Shania akhir-akhir ini menjadi iri dengan teman-temannya yang punya kakak lelaki yang mahir bermain sepakbola maupun bulutangkis.

Tahun ini yang menjadi pembina upacara hari kemerdekaan RI di sekolah Shania adalah Pak Budi. Beliau seorang pengawas SD tingkat kecamatan. Seusai upacara Pak Budi melontarkan tantangan: Barangsiapa yang berani membaca puisi bertema perjuangan akan mendapatkan hadiah. Sesaat semua terdiam, tiba-tiba Mas Rangga maju menghampiri mimbar. Semua terkesima saat kakak Shania itu membacakan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul 'Krawang Bekasi' dengan penuh penghayatan. Mulanya lembut, berubah lantang dan keras, penuh semangat dan berapi-api dan diakhiri dengan suara pelan namun mantap. Tepuk tangan membahana mengiringi Mas Rangga yang diberi sebuah bingkisan oleh Pak Budi. Shania tentunya juga tak ketinggalan ikut bertepuk tangan. Kini dia tak malu lagi bahkan bangga punya kakak seperti Mas Rangga.

Tegal, 30 Agustus 2018
#keluargashania
#pentigrafanak

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi

Senin, 27 Agustus 2018

KELUARGA SHANIA (36)

#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (36)
*Kue Ulang Tahun Papa
Oleh: Jenny Seputro

Kali ini untuk ulang tahun Papa, Shania ingin sekali memberi kejutan dengan membuat sendiri kue ulang tahun untuknya. Sendiri berarti tanpa bantuan Mama. Alangkah bangga dirinya saat Papa menerima kue buatannya nanti. Kebetulan hari Sabtu ini Mama, Papa dan kakak Shania pergi sampai malam. Tinggal Shania dan adiknya yang di rumah. Kesempatan itu dipakai Shania untuk menjalankan proyek rahasianya. Semua bahan-bahan kue sudah disiapkan, persis seperti yang dipakai Mama dua minggu yang lalu. Untuk membuat sedikit berbeda, Shania akan menambahkan perasa pandan, agar lebih wangi dan warnanya cantik kehijauan. Dengan penuh percaya diri Shania mencampur semua bahan dan mengaduknya dengan mixer.

Saat adonan sudah siap, Shania baru sadar, dia tidak tahu cara menyalakan oven. Oven zaman bahula itu tidak bisa dinyalakan hanya dengan tombol seperti kompor. Harus pakai pemantik yang Shania tidak tahu caranya. Akhirnya Shania ingat kalau Mama juga pernah membuat brownies kukus yang rasanya enak sekali. Tidak bisa pakai oven, masih bisa pakai kukusan. Shania mengukus adonan kuenya sambil bolak-balik ditengok apakah sudah mengembang. Sampai lebih dari empat puluh menit, ternyata tidak mengembang sama sekali. Dengan sedih Shania menatap kuenya yang bantat. Dia tidak tahu salahnya di mana. Saat Papa dan Mama pulang, Shania memberikan kuenya pada Papa dengan lesu. Papa justru semangat dan memuji kue yang cantik itu walaupun tidak mengembang.

Papa memotong kue itu, mengambil seiris dan menggigitnya. Shania menunggu dengan berdebar. Papa sepertinya bingung harus bilang apa. Penasaran, Shania ikut mengambil sepotong dan menggigitnya. Kuenya keras dan kenyal, benar-benar tidak enak. Mereka semua setuju kalau kue itu memang tidak enak. Untung ada Chiko, anjing kesayangan mereka yang pemakan segala. Shania mengambil sepotong kecil kuenya dan disodorkannya ke mulut Chiko. Anjingnya itu mengendusnya sejenak, lalu langsung lari pergi tanpa menyentuhnya. Shania jadi geram, Chiko saja tidak mau makan kuenya, padahal biasanya koran Papa saja dimakan. Papa tertawa sambil menghibur putrinya. Dia bilang besok Shania boleh memilihkan kue ulang tahun untuknya di bakeri langganan mereka. Shania sudah mendapat satu pelajaran berharga. Tidak semua adonan kue bisa dikukus.

Perth, 27 Agustus 2018
#keluargashania
#pentigrafanak

Penulis yang sudah berpartisipasi:
Agust Wahyu, Arie Yani, Ypb Wiratmoko, Albertha Tirta, Merry Srifatmadewi. Siu Hong-Irene Tan, Dewi Mudatama, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Maria Miguel, Agusanna Ernest, Kriswo Rini, Camelia Septiyati Koto

Catatan:
- Pentigraf Anak Lepas yang bercerita tentang kehidupan Shania, siswa kelas V SD, di rumahnya, sekolah, atau lingkungannya.
- Shania memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan.
- Anda yang berminat dapat bergabung dengan menuliskan pentigrafnyanya lalu mengirimkannya lewat inboks ke Agust Wahyu.
- Pentigraf diperuntukkan untuk anak usia sekolah dasar tentunya dengan pesan-pesan positif yang mudah dicerna oleh anak-anak.
- Pentigraf Anak Keluarga Shania selengkapnya dapat dilihat di https://anggrek-kuning.blogspot.com/
Mari kita menambah dan memperkaya bacaan buat anak-anak Indonesia

Salam Literasi