#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (61)
Memori Bersama Kanya
Oleh Yosep Yuniarto
Aku memejamkan mata. Otakku langsung memutar beberapa memoriku bersama dengan Kanya. Saat berada di tepi danau aku bertanya mengapa dia yakin untuk menjadikan aku sebagai suami pendamping hidupnya? Katanya aku membuatnya bahagia. Segala kesedihannya hilang begitu melihatku. Dia merasa menemukan separuh jiwanya yang hilang ketika mendengar aku berbicara. Denganku, dia merasa mampu berjalan sejauh mungkin. Aku mengubah kehidupannya yang semula nampak gelap pekat menjadi terang benderang. Dia merasa aman, tenang, nyaman, senang bersama denganku. Aku terharu dan langsung mendekapnya erat. Aku berjanji akan membuatnya menjadi wanita yang paling beruntung dan bahagia di sisiku mulai saat itu hingga putaran waktu terhenti.
Aku dan Kanya juga pernah bercengkerama duduk di taman, memandang bulan purnama yang indah menghiasi langit. Tiba-tiba dia bertanya kepadaku, "Matahari dan bulan pilih yang mana?". Aku langsung menjawab bulan. Dia nampak sedikit terkejut, mengerutkan kening kemudian berkata jika bulan itu cuma pinjam sinar matahari, jadi mengapa aku tak pilih matahari? Aku menjelaskan bahwa bulan dan matahari selalu jalan bersama. Keduanya beda tetapi saling cinta. Tanpa bulan, matahari akan kesepian. Tak ada yang pinjam kekuatannya. Tak bisa berbagi kemampuannya dengan siapa pun. Dengan sedikit bercanda kukatakan jika aku bukan matahari. Aku tipikal orang di belakang panggung yang pemalu dan selalu ingin bersembunyi. Itu alasanku pilih bulan. Dia tertawa renyah dan kemudian menyahut kalau begitu dia yang jadi matahari saja, supaya dia punya alasan untuk bisa terus berjalan bersama denganku.
Tiba-tiba bayangan Kanya yang baru saja keluar dari lapas, langsung membuyarkan memori-memori indahku bersama dengannya. Aku menarik napas dalam-dalam penuh kepedihan. Benarkah hal-hal indah bersama dengannya itu, sesaat lagi betul-betul hanya akan menjadi kenangan masa silam yang tak akan pernah dapat terulang kualami lagi? Karena tidak menutup kemungkinan dia memang masih belum bisa melupakan Jo bahkan ternyata sesungguhnya dia masih jauh lebih mencintai Jo dibandingkan aku! Aku sulit membayangkan bagaimana hari-hariku ke depan nanti jika tanpa kehadirannya lagi. Namun sebagai seorang lelaki sejati, aku harus siap dan tegar menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun. Yang pasti aku harus dapat memperoleh keterangan yang sejelas-jelasnya. Namun kepada siapa aku hendak bertanya lebih dahulu? Jo atau Kanya?
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar