#pentigraf_anak_lepas
KELUARGA SHANIA (1)
*Murid Baru
Oleh Agust Wahyu
Hari ini bukan sembarang hari Senin. Ini adalah hari istimewa bagi Shania karena dia memulai hari pertama di sekolah yang baru di pinggiran Jakarta. Dia mendapat teman-teman baru di kelas VB dengan wali kelas Ibu Maryati. Ibu guru cantik ini yang menyambutnya dengan ramah dan menghilangkan rasa takutnya. Ayahnya hanya mengantar hingga pintu gerbang sekolah karena harus segera datang ke kantor barunya. Ada acara serah terima dari pejabat lama kepada dirinya. Kepindahan tugas Ayahnya mengharuskan Shania dengan adik dan kakaknya ikut pindah.
“Masak dipanggil minyak goreng?” lapor Shania pada ibunya saat sampai di rumah. “Padahal kan namanya Shania ada huruf h nya,” katanya setengah dongkol. Ibunya berusaha menenangkannya dengan memintanya mengganti pakaian lalu mengajak makan siang. Saat makan siang, gadis kecil itu masih berceloteh tentang teman-teman barunya. Dan nama yang beberapa kali disebut adalah Arko, anak badung yang menjulukinya dengan “minyak goreng" karena nama Shania mirip dengan nama produk minyak goreng. “Besok teman-temanmu bawain salak aja ya. Cukup kalau harus dibagi sekelas,” kata ibunya setelah selesai makan. Sebenarnya enggan bagi Shania untuk membawanya, tapi ibunya mengingatkan bahwa buah hasil kebunnya di Yogyakarta itu siapa yang akan makan dengan jumlah sebanyak itu. Selain itu, dia berpikir buat balas dendam dengan Arko.
“Koq minyak goreng dateng sih. Nanti di rumah nggak masak,” Arko menyambutnya di pintu kelas. Shania hanya diam tak bereaksi. Beberapa detik kemudian dipandanginya Arko dengan tajam. Bagai dihipnotis, anak laki-laki berkulit hitam itu langsung terdiam. Shania ingin membentaknya tapi tak tega, apalagi ada sedikit sinar ketakutan dari matanya. Lalu Shania mendekati Arko an bertanya apakah bisa menolonhnya. Pertanyaan itu membuat kediaman Arko mencair. Digandengnya Arko ke luar kelas dan Shania menunjuk pada kotak yang berisi salak. Dia minta tolong pada Arko membagikan pada teman-temannya. Tanpa bertanya lagi, dengan cekatan Arko membagikan salak yang telah dibungkusi tersebut di meja teman-temannya. Shania mengambilkan untuk wali kelasnya. Dan setelah semua dibagi, Shania kemudian memberikan bagiannya buat Arko. “Terima kasih atas bantuannya,” ucap Shania dengan tulus. Dan semenjak itu, tak pernah ada kalimat ejekan lagi yang keluar dari mulut Arko terhadap Shania.
Kampung Sawah, 13 Juli 2018
#keluargashania
#pentigraf_anak_aw
*Murid Baru
Oleh Agust Wahyu
Hari ini bukan sembarang hari Senin. Ini adalah hari istimewa bagi Shania karena dia memulai hari pertama di sekolah yang baru di pinggiran Jakarta. Dia mendapat teman-teman baru di kelas VB dengan wali kelas Ibu Maryati. Ibu guru cantik ini yang menyambutnya dengan ramah dan menghilangkan rasa takutnya. Ayahnya hanya mengantar hingga pintu gerbang sekolah karena harus segera datang ke kantor barunya. Ada acara serah terima dari pejabat lama kepada dirinya. Kepindahan tugas Ayahnya mengharuskan Shania dengan adik dan kakaknya ikut pindah.
“Masak dipanggil minyak goreng?” lapor Shania pada ibunya saat sampai di rumah. “Padahal kan namanya Shania ada huruf h nya,” katanya setengah dongkol. Ibunya berusaha menenangkannya dengan memintanya mengganti pakaian lalu mengajak makan siang. Saat makan siang, gadis kecil itu masih berceloteh tentang teman-teman barunya. Dan nama yang beberapa kali disebut adalah Arko, anak badung yang menjulukinya dengan “minyak goreng" karena nama Shania mirip dengan nama produk minyak goreng. “Besok teman-temanmu bawain salak aja ya. Cukup kalau harus dibagi sekelas,” kata ibunya setelah selesai makan. Sebenarnya enggan bagi Shania untuk membawanya, tapi ibunya mengingatkan bahwa buah hasil kebunnya di Yogyakarta itu siapa yang akan makan dengan jumlah sebanyak itu. Selain itu, dia berpikir buat balas dendam dengan Arko.
“Koq minyak goreng dateng sih. Nanti di rumah nggak masak,” Arko menyambutnya di pintu kelas. Shania hanya diam tak bereaksi. Beberapa detik kemudian dipandanginya Arko dengan tajam. Bagai dihipnotis, anak laki-laki berkulit hitam itu langsung terdiam. Shania ingin membentaknya tapi tak tega, apalagi ada sedikit sinar ketakutan dari matanya. Lalu Shania mendekati Arko an bertanya apakah bisa menolonhnya. Pertanyaan itu membuat kediaman Arko mencair. Digandengnya Arko ke luar kelas dan Shania menunjuk pada kotak yang berisi salak. Dia minta tolong pada Arko membagikan pada teman-temannya. Tanpa bertanya lagi, dengan cekatan Arko membagikan salak yang telah dibungkusi tersebut di meja teman-temannya. Shania mengambilkan untuk wali kelasnya. Dan setelah semua dibagi, Shania kemudian memberikan bagiannya buat Arko. “Terima kasih atas bantuannya,” ucap Shania dengan tulus. Dan semenjak itu, tak pernah ada kalimat ejekan lagi yang keluar dari mulut Arko terhadap Shania.
Kampung Sawah, 13 Juli 2018
#keluargashania
#pentigraf_anak_aw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar