Kamis, 21 Juni 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (100)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (100)
* Menatap Masa Depan
Oleh Team Semburat Jingga

Memasuki ruangan ballroom Hotel "RC" serasa di Taman Firdaus. Wangi harum bunga semerbak tercium. Para hadirin serentak berdiri dan tersenyum ketika kami melewati red carpet. Ucapan selamat berbahagia mengalir tiada henti. Kilatan blitz kamera mengiringi saat aku dan Kanya bersama-sama memotong kue lima tingkat lambang awal kehidupan kami bersama. Tepuk tangan riuh saat wedding kiss, membuat wajah Kanya kembali bersemu merah. Berbagai hidangan lezat keluar silih berganti membuat perut hadirin berdendang. Puji Tuhan, acara resepsi semuanya berjalan dengan lancar. Selesai acara resepsi, aku dan Kanya menuju lift menuju kamar pengantin. Jantungku berdebar-debar.

Di dalam lift Kanya hanya diam melirikku. Dengan nakal kurengkuh pinggangnya dan kukecup bibirnya. Kanya melotot, tapi pasrah. Pintu kamar pengantin telah menanti, kugesek kartu berulang kali. Pintu tetap tidak mau terbuka. Sinyal merah berkedip. Aku menggerutu, "Kartunya error. Kamu tunggu disini ya. Aku ke bawah." Kanya menahanku dan mencocokkan nomer kamar. Ya Tuhan, ternyata salah kamar! Kamipun tertawa geli. Kucubit pipinya dengan gemas. Kami melangkah menuju kamar yang benar. Kugesek kartu perlahan dan pintu terbuka. Kamar pengantin yang sangat romantis. Bergandeng tangan kami melangkah masuk, kututup pintu. "Mas, tolong," suara Kanya terdengar lirih. Aku tersenyum, dengan lembut kubantu mengurai pita gaun. Punggung putihnya begitu menggoda, memacu detak jantungku, kucium dengan mesra. Kami menuju kamar mandi. Selanjutnya tak ada yang bisa kuceritakan, pengalaman pribadi yang akan kukenang hingga akhir.

Gerakan Kanya membangunkan tidurku. Seperti mimpi rasanya kini aku tak lagi sendiri. Membelai wajahnya yang masih terlelap, begitu damai dan cantik. Kucium dengan lembut. Kanya terbangun dan tersenyum. Kemudian merapatkan tubuhnya dalam pelukanku. "Mulai sekarang, tidak ada lagi aku dan kamu, yang ada hanya kita. Aku mencintaimu," semakin kueratkan pelukanku. Matanya berbinar bahagia. Kami beranjak bangun dan membuka tirai jendela. Semburat merah jingga di langit Jakarta seakan menghantar kami menuju masa depan yang cerah. Kurengkuh tubuhnya dan kubenamkan wajahku di tengkuknya. Kanya mendesah pasrah.

---

Puji syukur pentigraf serial ini dapat selesai dan diakhiri dengan baik. Terima kasih kepada para pembaca setia Semburat Merah Jingga. Terima kasih juga kepada semua penulia dan selamat buat kita semua hingga bisa membuat pentigraf ini hingga 100 episode. Mohon maaf kepada semua pihak karena pastinya ini masih banyak kekurangan. Sampai jumpa pada pentigraf serial berikutnya.

Tidak ada komentar: