#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (88)
*Panik
Oleh: merry srifatmadewi
Aku hitung sudah tiga pengemudi motor memperingatkan dan tidak kugubris. Kanya semakin panik, bagaimana bila pengemudi motor benar-benar memperingatkan yang sebenarnya? Aku berusaha menenangkan diri agar Kanya tidak tambah panik. Bisa dibayangkan bila mobil tiba-tiba meledak? Saat ini aku minta Kanya berdoa dalam hati, akupun juga berdoa. Kutunggu masih adakah lagi yang akan memperingatkanku atau sebaiknya kularikan mobil hingga ke kantor polisi. Ternyata masih ada satu pengemudi motor lagi yang memperingatkanku. Kanya sudah minta turun dan setengah panik mengancam akan melompat daripada mati terbakar hidup-hidup. Firasatku mengatakan bahwa ini modus komplotan penjahat. "Kanya, percayalah padaku. Kita berdoa tidak terjadi apa-apa. Tarik nafas dalam-dalam, coba kamu pikir selain pengemudi motor adakah orang lain di sekitarnya yang memperingatkan juga?"
Akhirnya sampai juga ke kantor polisi. Aku dan Kanya cepat-cepat turun dari mobil. Polisi langsung menghampiri dan menanyakan apa yang terjadi. "Beruntung sekali bapak tidak turun sama sekali. Kasus ini sudah sering terjadi. Hati-hati di jalan." Senyum melebar di bibir Kanya merekah. Tidak tega melihatnya panik seperti kebakaran jenggot. Aku makin memahami diri Kanya dan bertekad menjadi pendamping yang setia dan dapat melindungi dirinya. Kami melanjutkan perjalanan yang tertunda menuju kantor.
"Mas Don, apa tidak sebaiknya kita menikah saja ya? Aku takut..... " kata-kata Kanya terasa cemas. Beberapa teman yang Kanya kenal setelah pertunangan tidak dapat melanjutkan ke jenjang pernikahan. Putus tengah jalan, putus begitu saja. "Kanya sayang, nanti kita bicarakan lagi ya. Kita perlu tenangkan pikiran. Baru saja selesai satu masalah." Kanya mengangguk memahami. Kupeluk Kanya sebelum dia keluar dari mobilku sesampainya di depan lobby kantor.
Jakarta, 3 Juni 2018.
#pentigrafSF
#semburatmerahjingga
Jumat, 08 Juni 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar