Kamis, 21 Juni 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (92)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (92)
* Duo Jo
Oleh Siu Hong-Irene Tan

Notifikasi 'miss call' mengingatkan akan dering di gawaiku semalam. Joana yang menelpon. Karena tidak terangkat, dia mengirim pesan. Memintaku untuk meluangkan waktu singgah ke rumah Bude setelah jam pulang kantor. Ada hal penting yang ingin disampaikan. Ingatan Joana semakin menguat. Aku ikut senang dengan perkembangannya.

Bude sedang menyiram mawar-mawar kesayangannya ketika aku tiba. Aroma wangi mawar dan tanah basah bercampur menjadi satu. Wajahnya tampak ceria dan penuh semangat, sepertinya dampak dari kemajuan ingatan Joana. Bude menemaniku masuk ke dalam rumah. Selagi aku berbincang dengan Joana, dia menyiapkan cangkir-cangkir untuk minum teh. Keahliannya meramu seduhan teh selalu membuat aku ketagihan. Joana mengabarkan bahwa minggu depan Jo sudah bisa meninggalkan rutan dengan status bebas bersyarat. Tidak terasa dua tahun sudah berlalu. Tidak hanya Kanya, ternyata selama ini Joana juga selalu rutin menengok Jo. Hhmmmmm... sedemikian besarkah pesona Jo, hingga wanita-wanita ini masih sedemikan tulusnya mendukung setelah apa yang dilakukannya. Aku sedikit geram dan rasa cemburu terasa membakar hati. Bila berkaitan dengan Jo, perasaanku selalu menjadi sensitif. Aku berusaha menepis rasa tidak nyaman yang tiba-tiba datang dengan melanjutkan percakapan. Rencana menjemput Jo disampaikan oleh Joana dan ia meminta kesediaanku dan Kanya untuk menemani. Kutatap matanya dalam-dalam, terbersit dibenakku taktik apalagi yang mungkin akan dibuat. Mata indah itu hanya mengerjap polos, memancarkan sebuah ketulusan. Aku menjadi tersentuh dan malu hati telah berprasangka buruk. Seusai menyanggupi untuk menemani nanti, aku segera pamit pulang. Kuhabiskan teh buatan Bude sampai tetes terakhir.

Dalam perjalanan pulang, kuputuskan untuk mampir sebentar ke pantai Ancol. Aku ingin menenangkan diri dan sedikit merenung. Suara debur ombak dan semilir angin malam membuat hati dan pikiran terasa damai. Aku sangat menyukai suasana pantai. Saatnya kini untuk mulai introspeksi diri. Kupikirkan kembali apa yang telah terjadi beberapa hari ini, mulai dari 'wedding organizer' dengan si banci genit, dekorasi 'peach' dan biru yang berujung galau, sampai dengan tadi soal kebebasan Jo dari rutan pekan depan. Aku merasa bersalah kepada Kanya dan Joana. Tanpa sadar aku telah memupuk kecemburuan kepada Jo. Kedua wanita itu hanya sekedar memberikan ketulusan mereka. Hati yang telah mampu memaafkan. Rasa ego-ku sebagai laki-laki yang ingin paling diperhatikan oleh orang-orang terkasih, telah membakar hati dan membutakan pikirku, hingga tertutup ruang maaf untuk Jo. Aku menyadari sepenuhnya, konflik kecil bertubi-tubi sepanjang beberapa hari ini dengan Kanya bersumber pada diriku. Kumantapkan hati untuk bisa memaafkan Jo dengan tulus ikhlas, seperti dua bidadari itu. Langkahku menjadi terasa ringan tanpa beban. Tetiba ide bagus melintas, 'Duo Jo' akan menjadi 'pendamping mempelai' di hari pernikahan kami nanti. Aku tersenyum lega.

Bogor, 7 Juni 2018
#semburatmerahjingga

Tidak ada komentar: