Minggu, 13 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (62)


#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (62)
*Terharu
Oleh Merry Srifatmadewi

Kucoba hubungi Kanya. Semoga kemarahannya reda. Bersyukur dia mau mengangkat teleponnya walau nadanya agak kesal padaku. Kamipun janjian untuk ketemu. Kanya menceritakan semuanya padaku. Tak mau lagi ada hal yang disembunyikan. Begitu tegar dia bercerita sambil menahan geram dan tangis. Kupeluk dirinya dan dia menangis tersendu-sendu di bahuku. Kubiarkan dia melepas semua beban yang selama ini ditanggungnya. Ada kelegaan setelah dia mengungkap semua kebenaran.

Setelah tangisnya reda dan dirinya tenang kembali, kupegang bahunya dan mohon satu kejujuran lagi. Kutatap matanya dalam-dalam. Dengan berat hati aku harus menanyakan ganjalan hatiku. Siap atau tidak siap, harus berani tanggung resiko. "Kanya, apakah kau mencintai Jo dengan segenap hatimu dan dengan segenap cintamu?" Kanya menggelengkan kepalanya. Oh, betapa leganya hatiku mendengar jawaban Kanya walau hanya menggelengkan kepala. Itu sudah cukup bagiku. Siksaan pikiran yang ada di kepala langsung hilang. Betapa bodohnya selama ini diriku yang lari dari kenyataan, bukan menyepi untuk menenangkan diri malah membuat pikiran berlarut-larut dalam kekusutan. Coba aku berani dari awal untuk bicara. Terkadang cinta itu memang membutakan. Aku cemburu berat pada Jo.

Kuminta Kanya untuk tidak menjenguk Jo. Kanya menolak usulku. "Aku kasihan padanya. Kasihan Jo. Semua orang meninggalkannya. Harusnya Jo dibimbing ke jalan yang benar," kata Kanya sambil menangis. Daripada ribut lagi karena rasa cemburuku yang tak beralasan, kuizinkan Kanya pergi menjenguk Jo di rutan dengan satu syarat. Dia harus mengajakku. Lagi-lagi Kanya menolak usulku. Kanya minta aku mempercayainya. Aku menganggukkan kepala dan membenamkan kepala Kanya di bahuku sambil mengelus punggungnya. Aku percaya padamu Kanya, suara batinku.

Jakarta, 9 Mei 2018.
#pentigrafSF

Tidak ada komentar: