Rabu, 16 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (67)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (67)
*Izin Jenny
Oleh Agust Wahyu

(Bagi yang ketinggalan episode sebelumnya dapat lihat di https://anggrek-kuning.blogspot.co.id/)

Dengan baju berlumuran darah korban yang aku tolong, aku masuk kembali ke dalam gereja. Keadaan sudah agak tenang, tinggal beberapa umat yang masih tertinggal dengan berbagai urusannya masing-masing, termasuk Kanya yang masih berlutut di depan Bunda Maria. Agaknya dia masih berdoa menenangkan diri. Masih tampak pipinya yang basah. Saat aku mendekat dia langsung menoleh. Kami berpelukan sejenak. Terharu karena Tuhan masih mengizinkan kami berkumpul bersama. Rencana pergi melihat pameran wedding batal. Aku langsung pulang setelah aku mengantar Kanya pulang, untuk segera mandi dan mengganti pakaian yang penuh noda.

Ayah dan ibu lega melihat kepulanganku. Aku berbincang sebentar. Setelah mandi, aku ceritakan peristiwa yang terjadi dengan detail. Ayah dan ibu yang sudah mendengar kabar bahwa ada kejadian di gereja, sehingga kebaktian minggu siang dan sore ditiadakan, akhirnya berdoa bersama di rumah. Mereka sempat panik karena tidak bisa menghubungiku juga tak bisa menghubungi Kanya. “Bagaimana dengan Jenny?” tanya ibu tiba-tiba. Aku merasa sedikit heran, kenapa ibu tiba-tiba bertanya tentangnya. Aku mendekat pada ibu yang sedang duduk di rumang tengah bersama bapak, menonton berita melalui televisi tentang situasi akhir Surabaya. “Apa kamu sudah pernah tanya dan minta izin Jenny kalau akan melamar Kanya?” Aku tersentak dan tersadar bahwa selama ini belum pernah membicarakan rencana kami secara langsung dengan Jenny.

Kanya dan Jenny merupakan dua saudara yang selama ini seakan tak terpisahkan. Apalagi kedua orang tua mereka telah tiada beberapa tahun lalu. Jenny seakan menjadi pelindung Kanya. Aku menyadari bagaimana kedua orang itu saling menyayangi dan membutuhkan. Dengan kehadiranku pastinya akan mempengaruhi kehidupan mereka. Secara tak langsung aku akan mengambil sebagian kehidupan Kanya bersama Jenny. Aku juga jadi tersadar dengan kata-kata ibu. “Apa sudah kalian pikirkan pelangkah bagi Jenny?” Hal yang memang belum kamu pikirkan. Aku harus secepatnya membicarakannya dengan Kanya dan kemudian minta izin pada Jenny? Lantas pikiranku mulai mereka-reka bagaimana reaksi calon kakak iparku yang penggemar biola itu nanti. “Don, kamu juga harus kasih tahu budemu dan Joana,” kata ibu yang tak hanya mengagetkan tapi bagai guntur yang menggelegar di pikiranku

#pentigraf_aw
Kampung Sawah, 15 Mei 2018

Ikuti Semburat Merah Jingga selanjutnya esok hari...

Catatan:
- Serial ini terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk melanjutkannya.
- Bila ingin melanjutkan dapat mengirimkannya lewat inbox ke Agust Wahyu
- Beberapa penulis yang telah berpartisipasi adalah: Agust Wahyu, Camelia Septiyati Koto, Merry Srifatmadewi, Siu Hong-Irene Tan, Ypb Wiratmoko, Budi Hantara, Veronica Dian Anita, Albertha Tirta, Agnes Kinasih, Murnierida Pram, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja

Tidak ada komentar: