Rabu, 16 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (68)


#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (68)
*Pelangkah buat Jenny
Oleh Agust Wahyu

(Bagi yang ketinggalan episode sebelumnya dapat lihat di https://anggrek-kuning.blogspot.co.id/)

Kanya telah sampaikan lebih dulu pada kakaknya, keinginan kami untuk bertemu dengannya. Hari ini kebetulan kami semua dapat liburan awal puasa, jadilah kami bisa kumpul bersama. Malahan Jenny menyiapkan semacam “takjil” , makanan ringan yang biasa digunakan untuk berbuka puasa ramadhan, berupa kolak, es buah dan kurma. “Ini mungkin bisa kalian gunakan,” belum aku mulai bicara pada tujuanku, dia telah memberikan contoh undangan dengan nuansa ungu muda yang cantik sekali. Pikirku, siapa pun yang menerimanya akan berpendapat sama. Kertasnya dari material pilihan yang menebarkan bau wangi aroma lavender. Selera Jenny memang bagus. Apa mungkin itu sebenarnya sudah disiapkan untuk dirinya?

Jenny tak kalah cantik dengan Kanya. Malah kalau aku harus jujur, dia lebih cantik. Pribadinya juga sangat baik dan perhatian, terutama terhadap adiknya. Tetapi aku belum pernah mendengarnya dekat dengan seorang pria pun. Kariernya juga cukup bagus. Dia juga tidak sombong dan pasti pintar seperti adiknya. Terbukti dengan dua gelar yang didapatnya dari sebuah negara di Eropa. Atau justru gelar-gelar itu menjadi pemberat langkahnya. Mungkin beberapa pria takut mendekatinya karena minder dengan gelar itu. Aku tak seharusnya menduga demikian. Aku harus membantunya. Apalagi capaiannya hingga jenjang S-2, sangat membantu Kanya untuk dapat memiliki apa saja yang diinginkannya, termasuk merencanakan pernikahannya denganku.

“Pelangkah?” Jenny agaknya terkejut ketika kutanyakan hal ini. Aku agak takut menyinggung hal ini. Mungkin tidak sesensitif itu bila kakak yang Kanya langkahi adalah lelaki. Calon kakak iparku itu menarik napas panjang dan matanya sedikit berkaca-kaca. Kemudian dia mengungkapkan bahwa tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk meminta pelangkah dari adiknya sendiri yang sangat dikasihinya. Sungguh, dia bahagia melihat adik satu-satunya akan menikah. Dia memang sudah sangat siap menghadapi kenyataan ini, dan menginginkannya sejak lama. “Mungkin, Mbak Jenny mau liburan ke Eropa sekalian reuni dengan teman-teman,” kata Kanya akhirnya. Aku melihat matanya berbinar dan bahasa tubuhnya jadi ceria. Tapi aku yakin bukan karena biaya ke Eropa akan kami tanggung, karena dia memiliki tabungan yang pastinya lebih dari yang kami miliki. Lantas dia tiba-tiba mengambil sapu dan meletakkannnya di antara kedua pahanya bagai dalam cerita Siti Sirik saat dia mau terbang. Kami dipeluknya dan kemudian dituntunnya ke meja makan untuk mencicipi makanan dan minuman yang telah disiapkannya. Aku tak mungkin menolaknya, apalagi sebagai rasa hormat kepadanya, walau ada satu pertanyaan yang bermain-main di otakku, apa yang membuatnya tiba-tiba jadi ceria?

Kampung Sawah, 16 Mei 2018
Ikuti Semburat Merah Jingga selanjutnya esok hari...

Catatan:
- Serial ini terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk melanjutkannya.
- Bila ingin melanjutkan dapat mengirimkannya lewat inbox ke Agust Wahyu
- Beberapa penulis yang telah berpartisipasi adalah: Agust Wahyu, Camelia Septiyati Koto, Merry Srifatmadewi, Siu Hong-Irene Tan, Ypb Wiratmoko, Budi Hantara, Veronica Dian Anita, Albertha Tirta, Agnes Kinasih, Murnierida Pram, Jenny Seputro, Waty Sumiati Halim, Yosep Yuniarto, Stella Christiani Ekaputri Widjaja

Tidak ada komentar: