Senin, 28 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (80)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (80)
*Cerita dan Saran Dokter Edward
Oleh Yosep Yuniarto​

Keesokan malamnya aku mengajak Edward makan di sebuah cafe dekat tempat prakteknya. Setelah dengan tenang dan seksama mendengarkan semua penuturanku, akhirnya Edward mulai memberikan tanggapan. Menurut dia wanita korban pemerkosaan itu memang pada umumnya mengalami trauma yang cukup berat dan mendalam. Ada yang depresi, stress, gila bahkan sampai bunuh diri. Termasuk juga menjadi wanita 'frigid' yaitu tidak punya minat, gairah, respons untuk berhubungan seksual. Namun untuk kasus Kanya ini sedikit agak berbeda. Dia sudah bisa memaafkan, berdamai dengan orang yang pernah memperkosanya. Bahkan Kanya pernah jatuh cinta dan berpacaran dengan Jonathan. Jadi secara psikologis sepertinya tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan tentang trauma yang mungkin masih menghantui Kanya.

Wajah Edward mendadak berubah serius. Perlahan dia mulai menceritakan tentang kehidupan pernikahan kedua orang tuanya meski baginya hal ini amat rahasia. Dulu mama Edward dijodohkan paksa oleh kedua orang tuanya, meski sebetulnya dia sudah mempunyai kekasih yang amat mencintai dan dicintainya. Setelah papa Edward tahu kalau istrinya itu ternyata sudah menyerahkan kesuciannya kepada lelaki lain, dia menjadi amat kecewa dan memperlakukan mama Edward dengan semena-mena. Meski istrinya itu sudah berusaha membuktikan kesetiaannya, namun papa Edward tetap saja tidak percaya, terus menuduh dan mencurigainya. Kemudian mama Edward memberinya seorang bayi lelaki yang sehat, lucu dan semua orang bilang mirip sekali dengan papanya, tak ada yang dibuang! Namun papa Edward masih saja tetap terus mengungkit masalah kesucian istrinya, terutama di saat dia sedang marah atau bertengkar dengan istrinya. Kini Edward menatapku tajam. Dia berkata cukup mamanya saja yang pernah mengalami penderitaan lahir-batin dalam kehidupan pernikahannya. Jangan sampai hal ini menimpa wanita lain termasuk juga Kanya.

Kini bola berada sepenuhnya di tanganku. Apakah aku memang sudah betul-betul yakin bisa menerima Kanya apa adanya. Juga rela dan ikhlas mengabaikan keegoisan lelaki pada umumnya yang selalu ingin menjadi 'orang yang pertama'? Edward melanjutkan sarannya yang cukup menghentak bagiku. Jika kelak Kanya memang sudah resmi menjadi istriku, jangan pernah lagi, meski cuma sekali saja mengungkit kembali tentang masalah kesucian Kanya. Meski aku sedang emosi atau marah seperti apa pun juga. Karena hal itu ibarat sebuah palu yang dihantamkan ke kaca hati seorang wanita seperti Kanya! Aku manggut-manggut. Pertemuanku dengan Edward kali ini betul-betul amat berguna bagiku tentang kelanjutan hubunganku dengan Kanya. Terutama keputusanku untuk menjadikan Kanya sebagai istriku.

Tegal, 28 Mei 2018

Tidak ada komentar: