Minggu, 13 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (63)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (63)
*CHAOS
Oleh: merry srifatmadewi

Keadaan rutan sangat kacau. Bermula masalah makanan yang tidak layak. Sehingga seorang napi marah besar dan merampas senjata polisi yang bertugas memberikan makanan. Teman napi lainnya menjerat leher petugas hingga pingsan dan mengambil kunci. Semua tahanan teriak-teriak dan menguasai rutan yang saat itu hanya ada sedikit petugas yang tidak bersiap-sedia di ruang penyimpanan senjata. Petugas mengira hal biasa bila napi teriak-teriak masalah ketidak puasan akan makanan. Napi ingin masakan keluarga atau jajanan di luar. Bosan makan masakan dari rutan terus-terusan walau makanannya gonta-ganti. Akhirnya 5 petugas dilukai hingga meninggal disiksa napi, karena petugas benar-benar tidak pernah menyangka akan terjadi peristiwa seperti hari ini. Masing-masing napi memegang senjata dan cukup banyak peluru serta persediaan amunisi. Mereka menyandera satu petugas untuk bernegosiasi dengan Pemerintah. Pihak kepolisian mengadakan konperensi pers dan disiarkan langsung ke televisi dan media sosial mengenai kerusuhan yang terjadi di rutan saat itu.

Aku dan Kanya yang sedang menikmati kebersamaan sambil nonton televisi terperangah. Bagaimana bisa petugas begitu lengahnya? Kanya terlihat cemas. Dan kulihat mulutnya komat-kamit berdoa. Kupegang tangannya, kuajak berdoa bersama. Semoga Jo dalam keadaan aman dan tidak terlibat dalam kasus menggemparkan itu. Memang cukup berat, minuman di rutan sehari hanya dapat jatah satu botol besar. Bila hari panas, udara tambah pengap ruang tahanan penuh napi berjejalan. Over kapasitas. Emosi napi mudah meledak. Kanya mengajakku berangkat ke rutan daripada hanya diam dan nonton televisi. Kutemani Kanya ke rutan. Sudah banyak sekali wartawan-wartawati di sana. Kanya menggandeng tanganku merangsek ke arah petugas tetapi kami tidak diberikan jawaban dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan. Karena keadaan harus tunggu persuasif dulu. Saat ini keadaan masih belum terkendali.

Kanya bertanya pada wartawan di sana, bagaimana kronologisnya, siapa yang mendalangi atau tokoh utamanya. Apakah Jo terlibat dalam kasus itu? Wartawan hanya tahu satu pelaku utama saja, tidak tahu siapa saja nama napi lainnya. Kanya menarik nafas. Terpaksa aku dan Kanya menunggu informasi berikutnya. Deg deg deg. Dag dig dug. Keringat mengucur. Tangan Kanya basah antara cemas memikirkan apakah Jo terlibat. Kupegang tangannya Kanya dan memintanya berdoa dan tidak berpikiran yang negatif. Setenang-tenangnya tetap saja tidak bisa. Dari tadi Kanya melongok-longok mengintip ke arah petugas, mondar-mandir bolak-balik. Saking pusing kumelihatnya, kuminta Kanya duduk bersamaku di lantai bersama wartawan lainnya. Menunggu itu jawaban yang paling tepat walau mengesalkan tanpa kepastian. Kami menginap dan terus menunggu informasi. Jam 12 malam terdengar ledakan dari ruangan tahanan. Suasana sangat mencekam. Besok pagi setelah matahari terbit baru ketahuan semua tahanan akan dipindahkan termasuk Jo dan bersyukur Jo tidak terlibat dalam peristiwa itu.

Jakarta, 10 Mei 2018.
#pentigrafSF

---

Ikuti Semburat Merah Jingga selanjutnya esok hari...

Catatan:
- Serial ini terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk melanjutkannya.
- Beberapa penulis yang telah berpartisipasi adalah: Agust Wahyu, Camelia Septiyati Koto, Merry Srifatmadewii, Siu Hong-Irene Tan, Ypb Wiratmoko,Budi Hantara, Veronica Dian Anita,

Tidak ada komentar: