#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (74)
*Puspa Indah Taman Hati
Oleh: Merry Srifatmadewi
"Di bukit indah berbunga. Kau mengajak aku ke sana.
Memandang alam sekitarnya... " Kanya mendendangkan secuil lagu Uci Bing Slamet sambil melingkarkan kedua tangannya ke dadaku. Aku tersenyum kecil memandangi taman kecil depan teras ini sambil membayangkan bukit berbunga bersama Kanya. Romantis juga rasanya. "Lho, kok nyanyinya berhenti?" tanyaku. Kanya hanya tertawa kecil. Aku memandanginya dalam-dalam. Tampak kejujuran dan kepolosan. Ingin aku percaya sepenuhnya kepada Kanya. Apa yang terjadi pada diriku ini ya? Cemburukah aku pada Jo? Begitu banyak kegamangan yang terjadi dalam hidupku. Apakah terlalu memikirkan perasaan orang lain terutama omongan keluarga supaya tidak dicap 'anak durhaka' sehingga menyebabkan aku ragu untuk mengambil inisiatif?
"Mas, kok malah melamun?" tanya Kanya. Aku ingin hubunganku dengan Kanya baik-baik saja. Hanya terasa tetap ada ganjalan di hati. Pikiranku melanglang jauh memikirkan malam pertama kami nantinya. Kanya yang pernah diperkosa Jo akankah menimbulkan masalah bila menikah denganku? Traumakah dia? Enakkah menanyakan Kanya saat ini? Oh...aku tidak tahu. Tolong aku ya, Tuhan.
Malam hari aku berbincang dengan bapak. Saran bapak mengajak Kanya ke psikolog. "Bagaimana kalau Kanya marah karena dianggap punya kelainan jiwa, pak?" tanyaku. "Lebih baik coba tanyakan dulu. Belum tentu dia marah," nasihat bapak dengan bijak dan menepuk-nepuk bahuku. Ibu yang melihat kami berbincang ikut nimbrung dan menanyakan bahas tentang apa. Aku memilih diam untuk menceritakan hal tersebut dan mengalihkan cerita yang lain. Tak lama kemudian aku memilih masuk ke dalam kamar.
Jakarta, 20 Mei 2018.
#pentigrafSF
Selasa, 22 Mei 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar