Sabtu, 26 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (77)

#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (77)
Oleh Agust Wahyu

Untuk pertama kalinya aku tidak mengantarkan Kanya masuk, dan justru memacu mobilku pergi sebelum Kanya sendiri masuk ke dalam. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku semarah ini. Kepada Jo saat aku tahu dia memperkosa Kanya, aku memang sangat marah. Tapi saat ini aku tidak sekedar marah. Aku merasa sakit, sakit sekali. Aku mencintai Kanya apapun kondisinya, tapi sekarang aku sungguh tidak yakin kalau Kanya benar-benar mencintaiku. Aku langsung pulang ke rumah. Bapak yang sedang duduk santai di teras, menatap wajahku yang suntuk dengan bingung. Dia mengajakku duduk berbincang. Kuceritakan apa yang baru saja terjadi. Bapak bilang kalau ini memang masalah yang sensitif, dan aku harus bersikap bijak dan bukan termakan emosi. Kuturuti usul bapak untuk beristirahat menenangkan diri.

Keesokan paginya, perasaanku sudah membaik. Kuharap Kanyapun sudah tenang. Aku berencana untuk mengajaknya makan siang dan berdamai lagi dengannya. Kami hampir tidak pernah bertengkar, dan kalaupun terjadi, aku yakin tidak ada perkara yang tidak bisa kami selesaikan. Kemarin kami sama-sama emosi, dan bersikap kekanak-kanakan. Hari ini aku akan membuktikan padanya bahwa aku seorang laki-laki berprinsip yang siap melindunginya. Aku pergi ke kantor seperti biasa. Pukul sebelas siang, aku pergi membeli makanan kesukaan Kanya. Aku tiba di kantornya tepat saat jam makan siang. Dengan riang aku berjalan melewati lobby dan naik lift ke lantai tiga. Mbak Sari si resepsionis yang sudah sangat mengenalku menyambut dengan senyum. "Wah Mas Don, belum janjian ya? Kanya lagi tidak ada, tadi dia minta izin mau jenguk temannya di rutan."

Kugigit bibirku hingga terasa sakit. Kupaksakan sebuah senyum untuk Mbak Sari, dan aku langsung turun lagi. Kulempar kantong makanan ke dalam tempat sampah di lobby. Susah payah kuatur napasku. Kali ini Kanya benar-benar sudah keterlaluan. Aku tidak kembali lagi ke kantor, toh tidak mungkin aku bisa bekerja. Aku langsung pulang, dan mengunci diri di kamar. Saat makan malam, aku berusaha tampak biasa. Aku tidak ingin bapak dan ibu tahu apa yang terjadi denganku dan Kanya. "Don, tadi siang budemu telepon," kata ibu, "bude bilang ingatan Joana sudah sedikit mengalami kemajuan. Beberapa kejadian masa lalu samar-samar mulai bisa diingatnya. Apa kamu bisa bantu dia menggali kembali memorinya, mungkin dengan mengajaknya pergi makan dan mengobrol?" Aku mengiyakan tanpa berpikir lagi.

Kampung Sawah 25 Mei 2018

Tidak ada komentar: