Minggu, 13 Mei 2018

SEMBURAT MERAH JINGGA (31-40)

31
#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (31)
*Pemakaman Pakde Marto
Oleh Camelia Septiyati Koto

Hari ini adalah pemakaman Pakde Marto, kulihat bude Mirna yang tak henti-hentinya menangis sambil menggandeng Joana yang baru keluar dari rumah sakit. Ibu pun tak pernah jauh-jauh dari sisi bude Mirna, sambil menyalami tamu-tamu yang datang mengucapkan belasungkawa. Setelah misa penutupan peti. kulihat Joana meneteskan air mata dan memeluk bude Mirna, dan Joana menatapku sesaat. Agaknya dia belum mengenaliku?

Pakde Marto di makamkan di Tegal, kota kelahirannya. Bude Mirna berangkat ke sana ditemani ibu. Demikian juga Joana tetap memaksa ikut walau kesehatannya belum pulih. Pihak keluarga menyediakan sebuah bis besar untuk pengantar dan beberapa mobil pribadi. Dan hal yang mengejutkanku adalah ketika Bude Mirna, Joana, dan ibu memasuki mobil hitam berstiker yang kulihat di malam saat Kanya kecelakaan. Mobil milik Jo. panggilan Jonathan, orang yang dulu merebut Joana dari pelukanku. Kaki dan badanku kaku. Ingin aku mencegahnya tapi aku tak punya alasan untuk melakukannya. Aku hanya berdoa semoga malam itu aku salah lihat. Tapi bagaimana stiker di bagian belakang itu?

Beberapa analisa memenuhi pikiranku. Mengapa Kanya menjadi korban? Apa hubungan Jo dengan Kanya? Apa mungkin karena Jo tahu Joana lebih mencintaiku sehingga dengan menabrak Kanya maka aku akan banyak menghabiskan waktu buat kanya. Dan Joana akan kembali pada Jo.
Atau... jangan-jangan Jo pernah berpacaran dengan Kanya dan pernah menghamilinya. Dia tidak mau jika rahasia masa lalunya terbongkar jika Kanya mengetahui keberadaannya saat ini. Oleh sebab itu Kanya harus dilenyapkan. Aku benar-benar pusing. Atau mungkin Jo memang ingin melepaskan Joana kembali padaku. Tetapi dengan adanya Kanya membuatku tak perhatikan Joana, maka Kanya harus dilenyapkan. Dalam kebingungan, aku hanya pasrah kepada-Nya dengan berdoa. Aku tahu Dia pasti akan memberikan jalan terbaik buatku pada saat-Nya yang tepat.

Kp.sawah/040418

---

32
#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (32)
*Di Luar Dugaan
Oleh Agnes Kinasih

Banyak sekali kejadian tak terduga dalam hidup ini. Kejutan-kejutan kehidupan datang. Aku bersyukur karena aku mampu melewatinya. Hari ini setelah bertemu dengan dokter visit, aku pamit pada Kanya untuk pergi ke kantor, “Cepet sehat ya sayangku... Love u.” Aku mencium pipinya kiri dan kanan yang mulai kelihatan berisi kembali. Hari ini ada beberapa meeting yang harus kuhadiri, dua diantaranya aku sendiri yang harus memimpin. Aku mendapat laporan dari anak buah di lapangan, ada rumor yang sengaja disebarkan seseorang untuk menjatuhkan perusahaan yang kupimpin.

Praktis hampir sebulan aku tak begitu aktif di kantor. Hari-hariku disibukkan dengan mendampingi Kanya. Hari ini banyak masalah yang harus kutangani dengan cepat. Pada rapat pertama membahas demonstrasi yang dilakukan warga sekitar pabrik karena sumber air yang mereka gunakan tercemar limbah pabrik. Aku merasa heran, bertahun-tahun pabrik didirikan tak pernah ada masalah. Perusahaan sudah mengantisipasi tentang buangan limpah ini. Limbah diproses dahulu sebelum dibuang, jadi dampaknya tidak mencemari lingkungan. Bagian penanganan limbah dan pihak keamanan pabrik telah bergerak cepat. Pada rapat, mereka telah berhasil menunjukkan sejumlah foto berkenaan dengan aksi warga dan pencemaran yang terjadi. Betapa terkejutnya aku melihat foto-foto itu. Hal yang di luar dugaanku.Tampak seseorang dengan sengaja memasukkan zat kimia tertentu ke aliran sungai tempat perusahaan membuang limbah produksi.


Hasil rapat langsung kutindaklanjuti beserta langkah-langkah yang harus dilakukan selanjutnya. “Selidiki sampai tuntas dan libatkan kepolisian,” perintahku pada Pak Darsono, orang kepercayaanku di perusahaan. Tanpa menunda lagi, siang itu juga dia bergerak cepat dengan membentuk satuan tugas untuk menyelesaikan masalah ini. Warga telah mengancam, bila tak diatasi segera maka mereka menuntut perusahaan harus ditutup. Tentu saja ini berdampak besar pada perusahaan yang memperkerjakan hampir seribu karyawan. Otakku dipenuhi dengan banyak pertanyaan, apa yang ingin dilakukan terhadap perusahaan ini? Saat aku kebingungan, gawaiku berbunyi, “Baru saja terjadi lagi, Pak. Tapi kami gagal menangkapnya. Tetapi CCTV sudah dipasang di lokasi dan berhasil merekamnya.” Aku langsung mendatangi operator CCTV dan meminta untuk membukanya. Ragaku yang sudah lelah, kali ini dibuat tak berdaya dan kaget melihat gambar yang tertayang ke monitor. Sungguh sulit dipercaya. Kenapa ini bisa terjadi? Apa sebenarnya yang dia inginkan?

---

33
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (33)
*Temuan Pak Darsono
Oleh Agust Wahyu

Polisi bergerak cepat karena laporan yang kami lakukan diaertai dengan bukti-bukti yang lengkap. Beberapa hari kemudian Pak Darsono mendapat panggilan dari kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi dan untuk melengkapi berkas perkara. Walau aku sudah melihat foto-foto pelaku dan cctv, tak urung aku cukup kaget saat Pak Darsono mengatakan, "Ada beberapa pelaku dan pelaku utama adalah Jonathan kekasih Joana." Dia cukup mengenal Joana karena memang sering datang ke kantor.

Ibu tak terkejut ketika kulaporkan Jo ditangkap polisi. Malah ibu bilang, "Bude malah bersyukur dapat ditangkap. Tapi ibu minta kamu tak boleh memusuhi Joana karena dia juga korban." Kepergian ibu pada pemakaman Pakde Marto ternyata membawa oleh-oleh cerita yang panjang. Sepanjang perjalanan Jakarta -Tegal - Jakarta mereka bebas cerita apalagi yang membawa mobil hitam berstiker itu ternyata Oom Parto, adik Pakde Marto. Ibu tak pernah menyinggung lagi tentang Joana. Apa berarti sikap ibu sudah melunak padaku? Dan ibu tak lagi memaksakan kehendak agar aku memilih Joana? Mungkin Joana juga sudah cerita kenapa dulu dia meninggalkanku. Apakah sikap ibu sungguh berubah?

Versi Joana yang diceritakan pada ibu dan bude adalah Jo yang waktu itu merayunya dan mengancamnya untuk meninggalkanku. Cerita Itu tak penting lagi bagiku. Semua sudah berlalu dan hatiku telah terobati dengan kehadiran Kanya. Perlahan tapi pasti semua misteri kejadian yang menyangkut pabrik, Joana, dan Kanya mulai terbuka. Aku percaya ini semua karena Tuhan selalu campur tangan dalam setiap persoalan. Dan persoalan utama yang belum mampu aku jawab adalah mengapa harus Kanya jadi korbannya?

Jakarta, 6 Maret 2018

---

34
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (34)
*HORRIBLE
Oleh Merry Srifatmadewi

Joana mengenal Jonathan dalam sebuah acara ulang tahun teman mereka di sebuah villa di Puncak. Pesta hingga mabuk dan dalam keadaan setengah sadar Jo mengajak Joana yang teler ke kamar temannya diam-diam. Di sana Jo menyetubuhi Joana. Tidak hanya saat itu saja tapi dalam setiap kesempatan mereka melakukan hubungan intim. Joana tidak berani menolak atau mengelak, Jo mengancam akan membeberkan rahasia ketidak-perawanan Joana ke pers. Bisa hancur-lebur nama baik perusahaan dan keluarga Joana terutama Pakde Marto dan Bude Marni. Makanya apapun yang Jo inginkan, Joana tunduk termasuk menggugurkan kandungan diam-diam. Jo sangat pandai bermuka manis, bermulut manis dan pandai mengambil hati keluarga Joana. Pakde Marto dan Bude Mirna juga takut pada Jo, bukan hanya suka mabuk tapi juga pengedar narkoba kelas kakap punya kenalan yang setiap waktu siap membunuh.

Dengan tertangkapnya Jo, Bude Mirna dan Joana kini merasa lega. Tidak ada lagi yang perlu ditakuti. Dengan kematian Pakde Marto, Bude Mirna banyak merenung dan merenung. Sebelum dia nanti dipanggil pulang oleh Tuhan, ingin dia mengungkapkan semua kesalahan dan dosa-dosanya terutama kepada Don maupun Kanya. Tapi rasa malu yang lebih besar membuatnya berpikir berkali-kali. Baru mau bicara, keberaniannya hilang. Mundur maju, maju mundur bak makan buah simalakama.

Sore ini Kanya sudah diizinkan pulang oleh pihak Rumah Sakit. Don dan Jenny mengurus biaya pembayaran dan lain-lainnya. Dengan didorong kursi roda, Kanya menunggu di lobby utama Rumah Sakit ditemani Jenny. Dilihatnya mobil hitam berstiker di tempat parkir. Hal tersebut melambungkan traumatis pada Kanya. "Mengapa kamu, Kanya? Mukamu pucat sekali!" tanya Jenny. Cepat-cepat Jenny hubungi Don untuk secepatnya datang. Mesin mobil segera dimatikan. Dengan segera Don berlari sekuat-kuatnya ke arah Kanya. Apa yang terjadi pada Kanya dan haruskah diopname kembali?

Jakarta, 6 April 2018
#pentigrafserialSF

---

35
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (35)
*Misteri Mobil Hitam
Oleh Agust Wahyu

"Haaa...," teriak Kanya dengan wajah ketakutan. Aku berlari dengan cepat menjumpai Kanya. Dengan dibantu seorang perawat, kami mendorongnya ke ruang praktek dokter yang kebetulan sudah kosong. Aku berusaha menenangkannya. Seorang perawat membawakannya teh hangat yang langsung dihirupnya pelan-pelan. Setelah agak tenang, aku berusaha menjelaskan dan meyakinkannya bahwa dia akan aman karena pemilik mobil itu sudah ditangkap dan sekarang digunakan oleh Oom Parto. Tapi aku tak mengatakan bahwa Joana sedang berada di rumah sakit karena sedang kontrol rutin dengan dokter yang merawatnya sekalian merawat Kanya.

Aku hanya ingin membuat Kanya tenang dan beristirahat di rumah. Lain kali bila sudah memungkinkan, pasti aku akan cerita seluruhnya. Dengan ditangkapnya Jo maka semua menjadi jelas dan nyata. Ketakutan Jo akan kehilangan Joana karena dipicu oleh sikapnya sendiri membuatnya melakukan hal yang kurang rasional. Saat diketahui, Joana mendekatiku maka Jo berniat mencelakaiku, minimal memberi pelajaran untukku agar tidak mendekati Joana. Padahal Joana yang mendekatiku. Jo sudah mengajak Joana unuk menikah, malahan mereka sudah merencanakan tempat pernikahan, mencetak undangan, dan membuat logo khusus "JoJo” dari awal suku kata nama mereka. Tapi itu dibatalkan karena Joana pernah memergoki Jo bermesraan dengan cowok berbadan kekar di kamarnya. Peristiwa yang membuat Jo tertangkap sebenarnya skenarionya yang kedua. Dengan hancurnya perusahaanku dan aku jatuh miskin, dipikirnya pasti Joana tak ingin lagi bersamaku.

Sekenario utamanya adalah memberi pelajaran pada saat Kanya kecelakaan, Jo telah mengikutiku semenjak aku keluar dari rumah setelah menolong Joana yang pura-pura pingsan. Dia bersama seorang temannya yang belum tertangkap, berniat menghentikanku di tempat yang sepi. Memberi pelajaran dan mengingatkanku untuk menjauhi Joana. Tetapi itu belum terjadi. Aku malah bertemu Kanya di jalan, dan tak mau di antar pulang. Pada saat aku meninggalkan Kanya, mobil hitam berstiker yang dikemudiakan berniat mengejarku dan tak melihat Kanya yang sedang menyeberang dan jalan berlawanan arah denganku. Jo yang sedang dalam keadaan setengah mabuk tak dapat menghindari tuhuh Kanya, yang sebenarnya justru tak termasuk dalam sekenario Jo. Apa yang akan dilakukan oleh ibu dan bude setelah mendekar semua certa yang ada dengan lengkap?

---

36
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (36)
*Sebuah Keputusan
Oleh 
Waty Sumiati Halim

Duduk hanya berdua dengan Kanya di ruang klinik salah seorang dokter yang sudah selesai jam praktiknya membuatku merasa lega. Aku merasa bukan sebuah kebetulan kalau perawat yang tadi mendorong kursi roda Kanya meninggalkan kami untuk mengambil kantung obat Kanya yang tertinggal. Setelah hari-hari yang panjang dan sangat melelahkan sejak terjadinya kecelakaan yang menimpa Kanya, aku baru menyadari detik ini menjadi sangat istimewa. Tak ada seorangpun yang mengganggu kami. Sudut bibir Kanya naik membentuk sebuah senyuman yang selalu kurindukan. "Trimakasih ya, Don. Untuk semuanya..." Aku hanya mampu menjawab dengan anggukan sambil menatap kedua manik matanya, tempat kutemukan tatapan bening yang mencerminkan kejujuran.

Kata orang cinta bisa datang dan pergi kapan saja, namun cinta sejati pasti datang tepat pada waktunya. Harus kuakui bahwa aku pernah mencintai Joana. Namun cinta sejatiku adalah Kanya. Bersama Kanya aku menemukan diriku sangat berharga. Bersamanya pula aku merasa memiliki seorang yang harus kulindungi. Setelah hari-hari yang nyaris memporak-porandakan hidupku dan Kanya, serta mencabik-cabik hati kami, aku menemukan perasaanku terhadap Kanya makin mendalam. Aku tetap mencintainya. Siap menerima Kanya apa adanya. Aku tak ingin menukar cinta sejatiku dengan apapun. Bahkan aku siap menelan buah simalakama yang telanjur kukunyah...

"Don...?" Suara Kanya menyadarkanku. Pandangan kami bertemu. Sebuah aliran hangat menyelimuti hatiku. Aku tak tahu apakah Kanya merasakan hal yang sama. Yang kutahu ada tarikan gelombang magnet yang membuatku bersujud di hadapan gadis impianku. Kuraih tangannya yang tampak pucat. Kanya membiarkan tangannya dalam genggamanku. Ia terisak saat kukecup punggung tangannya yang putih. Dengan gemuruh hebat di dada kueja isi hatiku yang terdalam untuknya. "Kanya, maukah kau mengarungi bahtera hidup ini bersamaku?" Kanya menatapku tak percaya dengan mata basah. Kujatuhkan kepalaku di pangkuannya. Aku sudah pasrah dan tahu diri. Sebagai lelaki sejati aku harus siap menerima keputusan Kanya. Detik-detik berlalu dalam hening. Tiba-tiba suara Kanya memecah keheningan. Kuangkat wajahku. Aku nyaris tak memercayai pendengaranku sendiri. "Aku bersedia..

Bandung, 07042018

---
37
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (37)
*Kegelisahan
Oleh: Budi Hantara

Taman di depan pavilyun rumah sakit itu tampak indah. Meskipun tidak luas tapi sangat terawat. Taman itu tidak hanya indah dipandang mata tapi memiliki multiguna. Mungkin ini taman terapi pertama di Indonesia. Beberapa pasien tertentu menjalani terapi di taman itu. Katanya itu disebut terapi "Basic to Nature." Penyembuhan di luar ruang dengan menggunakan media alam ternyata cukup efektif. Sudah banyak pasien yang sembuh melalui terapi tersebut di rumah sakit itu. Joana termasuk salah satu pasien yang menjalani terapi itu. Bude Mirna selalu mendampingi Joana dengan setia. Sembari menunggu dokter, mereka duduk di dekat air mancur. Suara gemericik air terasa mendamaikan hati.

Dari kejauhan terlihat sepasang kekasih berjalan melintasi lorong depan ruang Cendana. Mereka tampak mesra. Mata Joana terpana melihatnya, tapi merasa asing. Bude Mirna yang mengira bahwa Joana cemburu melihat Don dan Kanya begitu mesra berusaha mengalihkan perhatian. Namun suara Joana membuyarkan niatnya. "Lihat mesranya mereka." Joana menarik tangan Bude Mirna sambil tersenyum. Bude Mirna semakin heran. Tanpa sadar dia menyebut nama Don. Anehnya Joana justru bertanya siapa Don. "Siapakah Don?" Pertanyaan Joana semakin membuat Bude Mirna penasaran. "Kamu tak ingat Don?" Joana menggelengkan kepala. Dia benar-benar tidak ingat siapa Don.

Selama mendampingi Joana menjalani terapi, Bude Mirna merasa gelisah. Diam-diam dia mempethatikan ekspresi wajah Joana. Tidak menunjukkan tanda-tanda cemburu sedikitpun. Berarti dia tidak berpura-pura. Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak Bude Mirna. Kenapa Joana tidak bisa mengingat Don kekasihnya? Apakah dia akan kehilangan sebagian ingatan untuk selamanya? Kuserahkan semua padaMu ya Tuhan.

Ngawi, 07042018

---
38
#pentigraf_serial

SEMBURAT MERAH JINGGA (38)
*Keputusan Ibu
Oleh Camelia Septiyati Koto

Saat ku mengantar Kanya kembali ke rumah dan sudah menerima keputusannya kukatakan Jenny kalau aku benar-benar ingin menikahi Kanya dan akan segera menyampaikannya kepada ayah dan ibu. "Don, kamu yakin dengan keputusanmu ini?" Jenny berusaha menanyakan kembali keseriusanku. "Sangat yakin," jawabku tegas.

Sesampai di rumah kulihat ayah sedang menikmati secangkir kopi, ku hampiri dirinya dan kukatakan niatku. "Kamu bicarakan baik-baik dengan ibumu Don, ayah mau yang terbaik untukmu dan kebahagianmu." Kupeluk erat ayah dan kuhampiri ibu yang sedang menyiram tanaman kesayangannya di kebun belakang.

"Bu, aku mau bicara masalah Kanya," ibu hanya melirik dan melanjutkan kegiatannya. Jantungku berdetak lebih cepat dan keringatku mulai membasahi keningku, kalau dilihat cuaca hari ini tidak terik mungkin terlihat teduh. "Ibu bisakah kita bicara sebentar?" Ibu meletakkan selang air dan gunting tanamannya lalu duduk tak jauh dariku. "Bu aku ingin menikah dengan Kanya, aku ingin ibu memberi restu padaku bu. Karna aku sangat menyayangi dan mencintainya bu." Ibu hanya terdiam tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Dan kulihat air mata nya menetes tak beberapa lama ibu pergi meninggalkanku dan masuk ke dalam kamar. Aku hanya terdiam tak bisa berbuat apa-apa, saat kuingin menghampiri ibu kulihat ibu keluar dari kamarnya dengan air mata yang sudah mengering. "Don, ajak Kanya ke sini. Biar ibu katakan semuanya nanti di depan Kanya, Bude Mirna, dan Joana...," kata ibu seakan tak ada apa-apa. Tetapi itu membuatku bingung, aplagi bila Bude Mirna dan Joana dilibatkan.

Kp.sawah/100418

---

39
#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (39)
*Pengakuan Kanya
Oleh Jenny Seputro

Hari Minggu siang yang terik. Sudah hampir seminggu aku berencana membawa Kanya menemui ibu. Tapi aku belum berani. Aku tidak bisa menduga apa rencana ibu mempertemukan Kanya dengan Joana dan Bude Mirna. Mungkinkah ibu tega menjatuhkan bom pertungananku dengan Joana di depan Kanya? Tapi tidak mungkin juga, karena saat ini Joana tidak mengenaliku. Pastinya dia juga keberatan dipertunangkan dengan seorang asing. Di atas semua itu, masih ada masalah yang mengganjal di benakku. Sesuatu yang tidak diceritakan Kanya padaku.


Kuajak Kanya mampir ke depot es campur kesukaannya. Panas-panas begini, tentunya asyik menikmati es segar sambil mengobrol. Kanya sudah terlihat sehat. Pipinya bersemu merah dan senyumnya senantiasa mengembang di bibir manisnya. Kami asyik mengobrol dan tertawa. Pelan-pelan mulai kusinggung kegalauanku. Kalau dia memang menerima lamaranku, tidak seharusnya ada rahasia di antara kami. "Kamu ingin tahu kenapa aku tidak bisa punya anak kan?" tebak Kanya jitu. Aku tersenyum kecut sambil mengangguk kecil. Terlepas dari isu karangan Bude Mirna, aku ingin tahu alasan yang sebenarnya.

Ternyata pernah ada kista di ovarium Kanya. Setelah perawatan tradisional selama setahun lebih tidak membuahkan hasil, Kanya yang kesakitan dilarikan ke tempat praktek dokter Budiman. Operasinya berhasil dengan baik. Hanya saja berbagai tes yang dilakukan menemukan sel-sel telur Kanya yang terlalu kecil dan buruk kualitasnya. "Dokter bilang aku tidak boleh terlalu berharap untuk punya anak," suara Kanya terdengar lemah. Kurangkulkan lenganku di bahunya. “Cintaku padamu tak kan berubah...," aku tak yakin apa yang harus kukatakan. Kanya menatapku, sambil memaksakan sebuah senyum.

Perth, 11 Maret 2018

---

40
#pentigraf_serial
SEMBURAT MERAH JINGGA (40)
*Sidang Pengadilan
Oleh Merry Srifatmadewi

Hari dan waktu telah ditetapkan berdasar kesepakatan, tidak ada lagi alasan untuk mundur. Semua akan dibuat terang-benderang. Di ruang keluarga di hadapan meja bundar telah duduk ibu dan ayah duduk bersebelahan. Joana dengan Bude Mirna telah tiba dan bergabung. Wajah Joana sangat innocent, duduk teramat manis. Aku berjalan menggandeng tangan Kanya yang basah karena takut menghadapi sidang pengadilan ini. Siapa yang akan mengetuk palu? Muka Kanya agak pucat ibarat pesakitan yang dibawa ke ruang pengadilan. Aku mengelus tangan Kanya menenangkannya. Kanya menghampiri dan berusaha tersenyum menyalami satu-persatu. Hatinya deg-degan.

Bude Mirna baru akan bicara dipotong suara ibu. "Kanya, apa kabar?" Suatu pembukaan kata yang mencairkan suasana yang tegang mencekam ini. Dengan menangis Bude Mirna menceritakan hal-ikhwal bagaimana dirinya menjauhkan Kanya dari Don demi Joana yang sangat dikasihinya dan berita hoax tentang Kanya hamil. Bude Mirna ke luar dari kursi dan menghampiri Kanya. "Maafkan Joana, maafkan Bude yang telah bersalah pada kalian" sambil menyodorkan tangan dan bersujud di hadapan Kanya. Kanya menggeser mundur kursi agak ke belakang. Mengangkat Bude berdiri dan memeluk erat-erat. Semua menangis melihat peristiwa pengampunan yang diberikan Kanya setelah mendengar semua penuturan Bude Mirna tentang kondisi Joana yang sebenarnya. Tiada rasa dendam dan kecewa. Semua hilang ditiup angin. Kanya menghampiri Joana. Joana bingung celingak-celinguk tidak mengenali. Kanya memeluk Joana erat merasakan kepedihan Joana.

Berlembar-lembar tissu ditarik ke luar bersilih-ganti. Rasa penyesalan, rasa malu untuk mengungkap suatu keberanian besar, ke luar dari himpitan batu besar yang mengganjal, peristiwa cobaan hidup bertubi-tubi yang menghantam keluarga berakhir suatu kelegaan setidaknya saat ini. "Don, Kanya, rencananya kalian mau tunangan dahulu atau mau langsung menikah?" tanya ibu. Don dan Kanya berpandang-pandangan penuh arti. "Nanti aku dan Kanya pikirkan baik-baik dan akan mengabari" kata Don menjabat erat tangan Kanya. Sambil duduk santai semua pindah nonton televisi. Beritanya sangat mengejutkan, Jonathan kabur dari sel tahanan.

Jakarta, 12 April 2018
#pentigrafSF   

Tidak ada komentar: